My life is full more dream ♥

Welcome in my blog, just person who want to tell a story, what I feel and I want , Let's share stories, may be useful for us as teenager (ʃ⌣ˆ)

Minggu, 26 April 2015

Halo welcome alifan. Please give the best you are for me. Lvy! hehehe.

Minggu, 30 November 2014

Untaian Luka Bersama Harapan

Awalnya hatiku telah mengikhlaskan dia yang telah tega mengkhianati cinta kita selama 3 tahun ini. Namun beberapa hari berlalu, rasa kesal in makin tumbuh menjadi rasa cinta yang semakin dalam. Apa daya dia tak lagi mengharapkan kehadiranku kembali. Banyak orang berpendapat bahwa dia telah jahat mengkhianatiku tetapi aku masih ingin mengejarnya, ini sungguh tak adil. Dia membuangku seakan aku tak ada artinya. Aku tidak mengerti apa maksud dari ini. Apakah Tuhan merencanakan suatu yang sangat besar untuk kumiliki maka sebelumnya aku harus menempuh ujian ini?

Semua masih berjalan seperti biasa. Kita masih saling memberi kabar namun tak saling memiliki. Adilkah ini? Tuhan aku selalu mengharapkan apa yang pantas untuku. Ketika tidur aku tak ingin cepat-cepat membuka mata agar aku tak ingat semua kepahitan ini, saat aku ingin tidur aku tak bisa sedikitpun tidak memikirkan ini. Tuhan beri aku petunjukmu, aku masih ingin masa SMA ku ini berjalan seperti remaja pada umumnya.

Aku berada dipersimpangan yang tak tau arah jalan pulang, dimana hatiku berdamba. Aku sama sekali tak ingin melangkah, aku hanya ingin diam sampai ada orang yang mengantarkanku menuju jalan pulang. Siapakah dia? Atauku teman-temanku ataukah siapa? Hanya dia yang selalu aku harapkan. AKu menunggu hingga rasa jenuhnya hilang, dan kemudian dia bertemu dengan perempuan lainnya dan lupa menjemputmu. Itukah yang aku inginkan?

Sangat rumit dan sangat sulit untuk kulepaskan. Mengertikah dia rasa sakit yang tertinggal? Mengertikah dia bagaimana rasanya? Tapi aku yang selama ini menyerahkan seluruh hatiku dan semua yang kumiliki padanya masih rela mengejar meski harus jatuh berulang kali berulang kali dan berulang kali memohon namun tak seperti pengemis. Maafkan jika selama ini aku tak memberi kenyamanan, maafkan jika selama ini aku tidak menjadi apa yamh kamu harapkan. Kamu harus tau jika aku selalu berharap menjadi yang kamu mau dan kamu miliki. Suatu saat jika kamu membaca ino, kemarilah hati ini akan selalu terbuka untukmu, jangan hiraukan semua luka yang telah kau buat. Kemarilah sembuhkan luka ini kembali.

Rabu, 26 November 2014

Api Kebohongan


Dunia sangatlah luas, namun dimana hati kita berada dunia akan terasa sempit. Dalam ruang yang sempit itu aku berusaha menciptakan kenyamana dimana aku menghias dan menciptakan segalanya menjadi terasa indah walau diruang yang sempit. Disinilah hatiku berlabuh pada seseorang yang tak kusebut namanya dialah orang yang menemaniku 3 tahun terakhir ini. Kami terlalu banyak merencanakan apa yang ternyata hanyalah ucapan yang membuat kita tidak lebih baik,

Kami hanyalah siswa sekolah yang sempat saling menyerahkan hati, yang sekarang ini dia mengambil alih hatinya pada orang lain namun aku tak sempat mengambil hatiku yang masih ada padanya. Aku tak pernah menyalahkan kehadiran orang ketiga itu, karena semua ini adalah nyata. Tak pernah ada orang yang bisa bertahun-tahun makan soto, pasti dia ingin bakso, mie ayam dan masih banyak lagi. Bakso? ah tidak dia paling suka mie ayam aku hampir saja lupa.

Hari dimana aku tak pernah tahu bahwa kebohongannya sudah terlalu dewa untuk kuterima. Saat dia bersama sailor moon, ya anggaap saja dia sailor moon. Aku sempat curiga dan aku sempat bodoh menangis, namun kukira aku hanyalah salah paham. Aku tak pernah sedikitpun curiga tentang sailor moon 'haha' seperti itulah sailoor moon tertawa sekarang. Baru dua petang aku tidak berlabuh pada hati yang telah membohongiku, iya rasa sakit masih terlalu dalam untuk diingat. Ketika dia memeluk sailor moon. Bisa kalian bayang ketika kalian punya pujaan hati yang telah berthaun-tahun berlabuh namun ketika jenuh dia berpaling pada orang lain. Ah itu biasa saja, hanya aku yang berlebihan?

Ketika kalian membaca ini, kalian hanya merasa iba. Tidak, sesungguhnya rasa sakit ini hanya bisa dirasakan kelak jika ini terjadi pada kalian. Aku berdoa, pada kalian yang membaca celotehan hati ini, tak pernah merasakan ini. Jika kalian yang sudah merasakan, dan bisa melewati ini. Aku akan kagum pada kalian, selamat kalian adalah orang yang sangat kuat.

Aku punya 3 teman yang mereka sesungguhnya sudah mengetahui ini jauh sebelum aku jatuh sekarang ini. Mereka mengerti sangat banyak api kebohongan itu, dan aku sadar selama ini mereka berusaha mengirim asap padaku yang aku tak sungguh-sungguh menciumnya atau menghisapnya. Aku terlalu percaya pada orang yang selama ini berlabuh dihatiku,

Aku tak ingin berkata bahwa aku sudah tidak berperasaan lagi padanya. Aku hanya menunggu lelah menangis dan meratapi segala pengkhianatan yang seharusnya hingga aku merasakan hampa yang sangat sangat sakit. Dimana dia menjatuhkan hatiku dipinggir jalan dan terinjak-injak oleh banyak kaki termasuk sailor moon.

Aku sudah memaafkan ini jauh lebih dari rasa sakit itu. Aku ikhlas, dan jika saat ini dia masih merasa aku mencintainya sedangkan dia mencintai orang lain itulah yang aku harapkan sehingga aku dapat merasa sakit yang sangat sakit dan dimana aku bisa sembuh dari rasa sakit itu dan aku akan bangga pada diriku sendiri. Terimakasih sailor moon kamu telah menunjukan padaku bahwa hati yang selama ini kubawa bukanlah dihatiku tempatnya.

Salam hangat dari hati yang ingin benar-benar lepas.

contact person - line: @seviqfebinita

Selasa, 30 September 2014

Bagaimana Bisa Aku Bertahan

Terkadang hidup itu terasa sangat sempit, terasa sesak didada karena tak ada banyak ruang untuk bernafas. Terlalu banyak masalah yang dihadapi, beban yang menekan dan keadaan yang sangat mencekik. Terlahir sebagai anak pertama memanglah indah, pernah merasakan rasanya menjadi anak tunggal sebelum adiku lahir. 

Lahir tahun 1997, masa orde baru yang sempat terjadi krisis moneter. Tapi kedua orang tuaku cukup pandai menghadapinya. Kami serba cukup dan aku memiliki banyak permintaan untuk segera dikabulkan. Dulu, itu dulu sebelum dunia merubahnya. Selamat datang di duniaku. 

Keadaan, ya keadaan setelah adikku lahir dia perempuan. Aku tak kalah cantik dengannya, dan aku tak sungguh-sungguh membencinya. Jika banyak orang yang bertanya kenapa aku membenci adiku sendiri termasuk kekasihku yang sudah 3 tahun berpacaran, aku lebih baik mengalihkan pembicaraan. Aku hanya tak bisa menjelaskan hal itu, mulutku terasa kaku untuk mrnjelaskannya. 2 tahun ayahku menghilang, 2 tahun aku tak menatap wajahnya yang selalu ingin mengabulkan permintaanku, bahkan ketika beliau pulang kerja sangat semangat untuk menanyakan keinginanku. 

Aku teringat akan sesuatu yang aku tak merasakan fisiknya tapi mendapatkan batinnya. Pagi itu rumah terasa ramai kegiatan posyandu yang rutin diadakan setiap minggu, tapi aku mendengar ada yang lebih bising. Aku mencari suara itu dan masuk kedalam kamar ayah dan ibu, ibuku sedang hamil tua adiku. "Plakkkkkk" suara tangan ayah menampar ibuku. Aku berdiri selama kurang lebih 5 detik lalu keluar. Aku menangis seperti anak kecil yang suara tangisnya tertahan karena takut dicubit orang tuanya. Hatiku terasa digondam, syaraf ditelapak tanganku serasa tertarik oleh endap tangisku. Ibu, ya ibu orang pertama yang paling ku sayang didunia ini. Aku melihatnya ditampar oleh ayah, seseorang yang kusayang setelah ibu, ibu dan ibu. Bagaimana bisa aku membela salah satunya?

Ibuku memutuskan untuk membawaku pergi ke rumah nenek bersama adikku bahkan diapun dilahirkan disana. Sampai sekarang aku sudah beranjak dewasa, aku sudah 17 tahun dan aku sudah tau semuanya. Tahu kenapa ayahku menampar ibuku, dan juga kemana ayah menghilang dan masih banyak lagi lainnya yang aku tau tanpa bertanya pada siapapun. Aku hanya menemukan satu hal dan aku bisa tahu semua hal yang belum aku ketahui. "Diary ibuku!" Disitulah beliau biasa mencurahkan masalah hidupnya derita hidupnya dan semuanya. Hampir tak ada kebahagiaan didalamnya. Ada satu kalimat dalam buku harian ibuku, beliau menyebut namaku "Sevi anaku cukup hanya ibu saja yang merasakan derita hidup ini, kamu jangan pernah merasakannya nak, jika waktu bisa kuputar akan kuperbaiki semua yang sudah hancur berkeping" 

Aku tak pernah menanyakan sesuatu apapun pada ibuku. Bahkan ketika ayahku kembali aku tidak pernah menanyakan kenapa dan kemana beliau pergi. Pagi itu tiba-tiba berkata "Vi pasti kamu kangen sama ayah? 2 bulan lagi ayah datang pas kamu berangkat ke bali". Aku kaget, ibu pernah berkata bahwa beluau tidak tau keberadaan ayah tapi kenapa ibu bisa tau kapan ayah pulang. Aku menjawabnya dengan senyuman. Aku tak pernah mau menangis didepan ibu lagi semenjak aku melihat ayah memukul ibu. Selama ini, hampir setiap malam aku menangis, meratapi kisah tragis dalam kehidupanku. Keluarga yang kuidam-idamkan. Jujur, ketika aku membaca buku harian ibu aku merasa lancang, aku merasa belum siap untuk mengetahuinya. Semua sudah terlanjur dan aku akan mengunci erat-erat rahasia itu sebelum aku tau siapa orang yang tepat untuk kuberitahui, orang yang tetap ingin bersamaku walaupun dia tahu aku dan keluargaku seperti apa. Bahkan aku takut kehilangan semuanya karena kehidupanku (yang sebenarnya). Ketika ayah kembali keadaan tak jauh lebih baik, masih sering melihat mereka bertengkar walaupun ayah sedikit sungkan karena kami tinggal di rumah nenek dari ibuku. Aku masih melihat ayah yang dulu, penuh emosi, penuh amarah, penuh egois. Beliau ingin sukses, tapi kami hanya disuruh duduk manis untuk menunggunya sukses. Beliau tak ingin berbagi rasa susah. Beliau tidak tau bahwa doa anak dan istrinya sangat berpeluang untuk dijabah oleh Allah SWT. Walaupun begitu kami akan selalu mendoakan yang beliau usahakan. Meski bekali-kali beiiau membuat kami menderita. Jika aku mengeluh pada ayah beliau selalu berkata "ayah lebih menderita dari kamu" jika tidak beliau akan berkata "sudah cukup buat ayah tertekan". Sekarang aku tak tahu harus menangis pada siapa. Pada ibu? Yang setiap hari membanting tulangnya untuk membiayaiku atau pada ayah? Yang selalu menderita karena aku. Jika benar beliau menderita karena aku, rasanya aku ingin mati saja karena hidupku penuh dosa karena membuat beliau menderita. Rasanya aku tidak berguna untuk ada disini. Tapi, itu bukan pilihanku meskipun aku hampir pernah melakukannya. Mungkin Allah akan lebih membenciku dan akan menghukum orang tuaku. Sudah cukup aku membuat derita untuk orang tuaku. Aku memilih untuk menangis setiap malam, dan menjadi lebih baik dipagi hari, kemudian malamnya menangis lagi dan keesokan paginya menjadi lebih baik lagi. 

Sekarang permintaanku bukan lagi sekedar "yah, boneka barbie ada koleksi terbaru kita beli yuk nanti main berdua..." tapi sekarang adalah... tunggu ada dua pilihan. "Yah aku ingin kuliah" berati ayah akan menderita lagi. Atau aku akan berusaha sendiri untuk kuliah, hanya butuh restu dari mereka. Mungkin banyak yg mengejekku merendahkanku bagaimana aku bisa kuliah. Terlebih lagi jika aku bisa mendapat beasiswa tanpa membuat derita untuk ayah lagi. Aku jadi ingat ayah pernah bilang jika aku pilih kasih, katanya aku tak pernah meminta sesuatu yang membuat ibuku terbebani. Ayah tidak salah berbicara seperti itu, ibu memang tidak pernah terbebani karena aku tau beliau harus tegar didepan anaknya. Aku tau, karena setiap malam aku lebih sering melihat ibuku daripada ayahku. Ketika dirumah beliau harus buru-buru kembali bekerja entahlah beliau tidak tau putrinya merindukannya dan masih tetap ingin merindukannya meski sudah dewasa. Bagaimanapun mereka orang tuaku, aku tak bisa disini jika tak ada mereka. Selama aku masih bisa menangis setiap malam, disitulah letak kekuatanku. Bagaimana aku bisa bangun setiap pagi dengan mata lebam, berjuang kemudian menangis lagi bangkit dan jatuh lagi. 

Hingga pada suatu saat guru bk yang dekat denganku, mengajarkan sesuatu jika hidup terbiasa jatuh dan bangun dan terus seperti itu kapan kita berlari dan menggapai yang kita inginkan? Tidak akan pernah punya. Setelah aku mendapat motivasi itu, beban yang harus aku tutupi setiap hari tak kunjung berkurang. Aku merasa lelah setiap menangis aku ingin cuti atau pensiun menangis tapi tidak bisa, kemana lagi aku bisa bercerita demi Allah aku ingin merasakan hidup bebas untuk menikmati hidup yang telah di anugerahkan Allah. "Menangislah ketika kamu ingin menangis, jangan terbiasa menangis. Jangan membuat alarm malam hari setelah belajar kamu terjadwal untuk menangis. Lihatlah ke dinding jika kamu merasa ingin menangis (ada fotoku bersama seorang kekasih yang selama ini menginginkan agar aku menceritakan kesedihanku padanya) makasih ndos, makasih ayah makasih ibu. Adiku? Jika kamu sudah besar nanti kamu akan tahu kenapa aku membencimu. Tidak, aku tak sungguh membencimu.

Love seviq,

Sabtu, 28 September 2013

Belantara Kehidupan Bersama Skoliosis

                Hai sebelum memposting hal ini sudah aku pikirkan bahwa orang lain yang bernasib sama sepertiku pasti membutuhkan. Aku adalah penderita skoliosis, aku mengunggah cerita dari sebuah perjalanan, ini bukan karena ingin menunjukkan kelemahanku tapi aku hanya ingin memberi motivasi untuk orang lain yang cemas dengan skoliosis. Bukan juga karena aku seseorang yang kuat dan tegar.
                Sejak kecil aku berkepribadian sedikit manja pada kedua orang tuaku, namun aku sadar manja bukanlah hal yang kita butuhkan dimasa yang akan datang. Dimulai saat aku SMP kelas 7, aku sedang belajar diruang tengah lalu bundaku berkata “Viq, sepertinya ada yang aneh dengan tulang punggungmu?” Bunda adalah sebutan bude yang lebih dekat denganku, karena mamaku yang sesungguhnya sibuk bekerja dari pagi dampai malam. Lalu akupun meraba tulang punggungku, ada tulang yang membengkok ke kanan dan terlihat aneh. Memang tidak terlalu terlihat namun aku rasa ini hal yang tidak perlu aku khawatirkan terlalu berlebihan. Beberapa saat kemudian sepulang latihan Drum Band aku meraskan lelah dan kesakitan dengan punggungku, karena aku aktif dalam ekstrakuler yang melakukan fisik berat seperti Drum Band. Aku tidak sadar bahwa itu adalah efek dari membengkoknya tulang belakangku. Beberapa lama kemudian aku telah benar-benar di vonis sebagai penderita skoliosis, karena akhir-akhir ini aku sering lelah, sakit dipunggung dan sesak nafas itu adalah factor pendorong. Syok, parah ditambah dengan orang tuaku yang kurang respect dengan hal ini karena mereka sibuk bekerja. Penyakit ini memang tidak bisa disembuhkan secara total sekalipun ada tidak 100% semua atas kuasa Tuhan. Kata dokter skoliosis bisa diantisipasi dengan terapi memakai brace atau dengan jalan operasi. Kebetulan keluargaku bukanlah kalangan menengah ke atas, untuk terapi itupun tidak pernah rutin, jika harus memakai brace aku mungkin tidak sanggup, awal memakainya aku sudah merasa kesakitan. Aku bingung nggak tau harus mengambil sikap apa dalam ha ini. Aku hanya bisa menyesal, dulu aku sering memakai tas yang hanya digantungkan disatu sisi pundak, aku sering menulis miring kekanan dan aku sering duduk dibangku dekat tembok untuk bersandar. Ya Allah jika waktu bisa ku putar aku tak akan membiasakan hal itu. Sekarang aku hanya bisa menyesali semua itu. Aku takut orang disekelilingku akan menjauhiku karena ketidak sempurnaanku ini, kalian dengar ini alay dan berlebihan tapi sesungguhnya ini apa adanya, bayangkan jika kalian menjadi aku ketika ada seseorang berkata “Hai tulang kamu bengkok ya?” Apa yang harus kalian jawab. Seiring berjalannya waktu aku berusaha melupakan sesuatu bahwa aku adalah penderita scoliosis. Bahkan karena hal itu berat badanku susut 8kg. Entahlah apapun dan siapapun aku, aku hanya ingin menikmati masa remajaku dibangku SMP. Meskipun aku harus berhenti dari ekstrakulikuler Dram Band, dan harus menahan omongan orang tentangku. Aku hanya ingin tegar menhadapinya meskipun hanya pura-pura.
                Saat liburan di desa Nenekku di daerah Blitar, aku kira aku bisa menenangkan diri disana. Menikmati hawa sejuk, dan keadaan yang damai. Dimana keluarga nenekku ini sangat respect dengan keadaanku, mereka sangat perhatian denganku. Saat itu aku dan neneku hendak menuju ke sebuah toko kami berjalan di sore hari, lalu nenek berkata “Viq jalannya yang benar dan tegak seperti huruf balok dong” Akupun membenarkan posisiku dengan tertawa, nenek sangat suka lelucon akupun begitu, penderita scoliosis tidak pernah punya pantangan untuk tertawa hehe. Lalu tetanggaku ada yang mendengarkan pembicaraaan kami, ia sedang berdiri didepan rumahnya yang kami lewati. Tanpa sengaja aku mendengar “Ayu ayu, sayang sangkuk nduk” seketika kalimat dalam bahasa jawa itu menggugurkan kekuatan mentalku yang telah aku bangun sejak awal. Akupun melanjutkan perjalan tersebut dengan nenek. Seusai sampai rumah tampaknya nenek cemas denganku, padahal aku berusaha tidak menunjukkan bahwa aku sedang terjadi sesuatu. “Nduk, apa kamu tidak minta ayahmu untuk operasi saja?” lalu aku menjawab “Tidak nek, aku tidak apa-apa” dengan senyum yang begitu lebar J.
                Setelah liburan usai aku kembali ke kota Jombang untuk bersekolah dan tinggal bersama keluarga ibuku karena ayahku sedang bekerja diluar kota. Saat itu sudah duduk dibangku kelas 9 SMP, dimana aku bertemu dengan seseorang yang sudah aku sukai sejak pertama masuk SMP dan sekarang sedang menaruh perhatian padaku namanya Vian. Hehe ini kisah anak muda jaman sekarang kalau ada tanda-tanda perhatian pasti ada udang dibalik batu. Ya begitulah kami saling menyukai dan akhirnya pacaran. Karena kita disini kita membahas scoliosis yang aku alami jadi aku tidak menceritakan bagaimana aku bisa pacaran dengan orang yang aku sukai sejak pandangan pertama hehe. Saat itu kita selalu bersama karena kita satu kelas. Aku rasa dia sudah tahu kekuranganku karena kita pernah satu kelas saat kelas 7. Ya aku rasa begitu, dia tahu bahwa aku penderita scoliosis. Aku tak pernah sedikitpun membahas tantang hal itu, namun saat kita sedang makan bersama dipuja sera Vian bertanya “Aku lihat ada yang aneh dipunggungmu, kenapa sih? Pernah jatuh?” Pertanyaan yang aku khawatirkan akhirnya terlontar, dan aku hanya bisa mengangguk dan menaikkan pundak untuk menjawabnya. Aku berpikir jika aku katakana yang sebenarnya Vian akan meninggalkanku karena aku aneh. Sungguh pemikiran konyol. Sepulang kami makan siang, aku cemas gelisah nggak sanggup buat nangis.
                Beberapa lama kemudian aku kira aku harus berkata jujur pada Vian, ketika aku mudah lelah sesak nafas dan lain-lain karena aku bukan penderita asma. Tapi aku merasakan hal itu bagaimana aku harus menjelaskan pada mereka bukan hanya Vian bahwa aku adalah penderita scoliosis. Aku sudah menginjak bangku SMA aku kira aku sudah dewasa menghadapi hal seperti ini tidak mungkin aku mengandalkan kedua orang tuaku saja. Aku juga sudah kebal dengan kata-kata orang, bahkan aku sudah mulai bisa bercanda dengan pertanyaan teman-temanku tentang punggungku ini. Ketika mereka bertanya tentang keanehan punggungku, aku bisasa menjawabnya “Kepo deh, hehe”. Saat itu aku dan Vian sedang membicarakan tentang pelajaran karena saat itu kelas X kita masih sama dalam jurusan pelajaran, lalu aku mencoba berkata sesungguhnya. Betapa kejujuran itu mahal harganya namun sangat sulit untuk diungkapkan. “Vian, jika terjadi sesuatu denganku apa kamu masih mau menjadi orang yang selalu mengertikanku” Itulah yang aku katakana untuk pertama kalinya, dengan bahasa yang sedikit manis. Lalu Vian hanya menjawab “Yaiyalah” Jawaban yang singkat namun membuatku lega. Seharusnya aku tidak pernah takut Vian meninggalkanku karena kekuranganku ini, karena manusia dibumi tidak ada yang sempurna. Aku jelaskan pada Vian bahwa aku penderita scoliosis dari awal sampai akhir dengan napas yang terengah-engah dan air mata yang selalu ingin menetes. Meskipun Vian sering marah-marah sama aku, tapi dia baik bahkan dia salah satu orang yang selalu mengerti keadaanku. Vian berusaha mendengar kalimat-kalimatku yang sedikit kurang jelas dan menghapus air mata dipipiku. Kalimat terakhir yang aku ucapkan “Aku takut kamu berubah karena kejujuranku tentang aku yang sebenarnya ini” Setelah aku berhenti berkata, dia berusaha menarikku dipundaknya. Aku tak bisa melihat raut wajahnya. Lalu dia menjawab “Kenapa tidak operasi saja? Aku khawatir sama kamu, aku nggak bodoh ninggalin kamu gitu aja”ucapannya hampir seperti itu namun dengan bahasanya sendiri. Aku berusaha menjawabnya. Ketika aku harus berkata pada orang tuaku untuk operasi aku tak tahu uang dari mana karena 20-40 juta itu tidak sedikit. Keberhasilan berkisar 75% dan sisanya lumpuh bahkan samapi meninggal. Naudzubilah, sungguh hidup dan mati ada ditangan Allah SWT. Vian menatapku penuh dengan rasa cemas, namun berusaha meyakinkannya bahwa aku akan kuat seperti ini saja. Aku belum siap memakai brace, dilain rasa malu dan rasa sakit. Namun Vian selalu berkata “Ini juga demi kamu” Terkadang dengan nada yang tinggi pertanda bahwa ia menginginkan yang terbaik untukku namun aku selalu menyangkalnya. Belum lagi ketika aku selalu menunda-nunda check up dan menyerahkan hasil rhongent pada dokter, Vian pernah marah sampai aku menangis. Sungguh aku tidak ada maksud untuk berlaku seperti anak kecil aku hanya takut ketika derajad kemiringanku bertambah. Lalu pundaknya selalu menjadi tempatku mengadu saat menangis. Orang tuaku? Mereka sedang sibuk jangan tanyakan itu tapi aku percaya mereka juga sangat sayang padaku karena mereka bekerja untukku juga, aku mengerti. Terapi sederhana yang dokter anjurkan adalah berenang, meskipun aku sangat ingin meluangkan waktu untuk hal itu aku juga punya kesibukan lain, namuna aku selalu meluangkannya meskipun tidak rutin.
                Mungkin ini kisah pertama yang harus aku ceritakan pada kalian. Skoliosis bukanlah alasan kita untuk tidak semangat menjalani hidup, untuk takut djauhi orang disekitar bahkan ditinggal orang yang kita sayang. Kita memang tidak perlu dikasihani namun jika itu terjadi jadikanlah cambuk kekuatanmu. Aku sudah tidak mau menyesal untuk kedua kalinya, ketika aku lulus SMA aku harus meneruskan perjalanan hidup dan bertemu dengan kehidupan yang lebih keras lagi. Aku akan sering terapi dan rutin berenang. Bahkan aku akan rutin check up karena derajat kemiringan ini belum bisa dibilang parah, namun sangat ada kemungkinan jika tidak diantisipasi. Ketika aku punya batasan untuk beraktivitas, memang resiko dari sebuah takdir Tuhan. Jika besok aku harus memakai brace aku harus mau dan bisa, sakit sekarang tidak akan sesakit esok dan jika aku harus operasi Tim medis pasti akan mengusahakan yang terbaik untukku. Jalan masih panjang selagi cita-cita kita belum tercapai kita sama seperti mereka kita punya harapan selagi kita selalu semangat dan tegar keberhasilan akan selalu menyertai kita. Hidup, mati, jodoh, rezeki semua ada ditangan Tuhan. Jangan pernah merasa rendah, karena dimata Tuhan semua umat manusia sama.
                Sekian cerita pertamaku tentang skoliosis akan aku posting untuk part kedua jika ada cerita dan informasi yang harus aku sampaikan melalui blog ini.                                                                                                   

Twitter:@seviqfebinita             
Email:seviqf@gmail.com      
(Jangan sungkan untuk berbagi cerita J)